Penghargaan SK Trimurti 2012

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta pertama kali memberikan Penghargaan SK Trimurti pada 2008 sebagai upaya untuk mengenang dan menghormati perjuanganperempuan pahlawan nasional, seorang aktivis perempuan yang juga merupakan salah satu jurnalis perempuan pertama bangsa ini, Soerastri Karma Trimurti.

Sejak berdiri pada 7 Agustus 1994, AJI telah menegaskan posisinya sebagai garda terdepan dalam upaya memperjuangkan dan mempertahankan kebebasan pers dan kebebasan berekspresi. AJI percaya bahwa demokrasi bisa mendorong pemenuhan kepentingan publik apabila ada tiga prasyarat penting: (1) ada pers yang independen dan profesional, (2) ada publik yang sadar dan berani menyampaikan opini dan fakta yang terjadi di sekelilingnya, serta (3) ada saluran-saluran informasi yang bebas sensor dan mudah diakses masyarakat. 
 
Untuk itu, AJI mendukung dan mendorong penguatan di ketiga sektor itu dengan berbagai macam cara. Salah satunya adalah dengan memberikan penghargaan kepada orang-orang yang berjuang di tiga wilayah yang menjadi prasyarat demokrasi yang efektif itu: mereka yang bekerja untuk pers bebas, mereka yang menjaga hak publik agar selalu merdeka berekspresi dan mereka yang gigih mengawal arus informasi tanpa sensor. 
 
Lebih khusus lagi, AJI memilih memberikan penghargaan ini kepada perempuan. Dalam dinamika perjuangan demokrasi, hak asasi manusia dan kebebasan pers di negeri ini, perempuan selalu mengambil peran krusial. Namun, peran mereka seringkali dilupakan sejarah yang masih didominasi wacana patriarkis. Penghargaan kepada perempuan ini penting sebagai bagian dari ikhtiar AJI mendorong kesetaraan gender di media massa: tidak hanya pada hasil akhir karya jurnalistik yang dikonsumsi publik, namun juga secara internal di ruang-ruang redaksi.
 
S.K. Trimurti dipilih sebagai ikon, karena kesamaan gagasan dan semangat beliau dengan visi AJI. Beliau adalah salah satu tokoh kemerdekaan yang gigih memperjuangkan kebebasan pers, kebebasan berekspresi, dan hak kaum tertindas terutama perempuan, baik melalui karya-karya jurnalistiknya maupun lewat pengabdiannya sebagai aktivis perempuan dan politik. 
 
Berdasarkan pemahaman akan riwayat beliau itulah, AJI Jakarta setiap tahun berkomitmen memberikan penghargaan ini kepada jurnalis atau aktivis perempuan yang berjuang untuk kebebasan pers, kebebasan berekspresi, kesetaraan gender, dan hak publik atas informasi.

Setelah tiga tahun berturut-turut penyelenggaraannya dilakukan oleh AJI Jakarta, mulai tahun 2011, secara resmi pelaksanaan program SK Trimurti Award berada di bawah naungan AJI Indonesia. Tujuannya, tentu agar gaung program ini lebih bersifat nasional sehingga mampu menjaring kandidat penerima penghargaan dari seluruh penjuru Tanah Air.

Riwayat Penghargaan
Pada 2008, SK Trimurti Award yang pertama diberikan kepada Masruchah, Sekretaris Jenderal Koalisi Perempuan Indonesia (Saat ini Wakil KetuaKomnas Perempuan). Menurut Dewan Juri yang terdiri dari Agus Sudibyo (Yayasan SET—kini anggota Dewan Pers), Luviana (AJI Indonesia) dan Eko Bambang Subiantoro (aktivis perempuan), Masruchah dinilai sebagai figur dengan pengabdian penting dalam upaya mengangkat peran perempuan di tingkat nasional.

Dia juga dinilai punya rekam jejak yang panjang dan konsisten dalam gerakan pemberdayaan perempuan. Masruchah adalah contoh bagaimana publik yang memilikikebebasan berekspresi bisa berperan signifikan mengawal kepentingan publik.Penghargaan ini diberikan di Institute for Social Justice, pada awal Juni 2008, tepat 40 hari setelah kematian SK Trimurti.

Pada 2009 lalu, Dewan Juri yang terdiri dari Bayu Wicaksono (advokat yang banyak menangani kasus-kasus pelanggaran kebebasan pers dan kebebasan berekspresi), Ati Nurbaiti (jurnalis senior The Jakarta Post sekaligus mantan Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen), dan Estu Fanani (Direktur LBH Apik) menganugerahkan SK Trimurti Award kepada Deputi Redaktur Eksekutif Majalah Berita Mingguan Tempo,Hermien Yosephine Kleden. Penganugerahan berlangsung di GoetheHaus, Menteng,Jakarta Pusat, pada Rabu, 21 Oktober 2009.

Hermien terpilih karena konsistensinya menjaga dan mempromosikan kebebasan berekspresi dan arus informasi yang bebas melalui tulisan-tulisan dan aktivitasnya yang spartan di media tempat dia bekerja. Hermien adalah satu dari sedikit perempuan jurnalis di Indonesia saat ini yang menduduki posisi puncak di media tempatnya bekerja.

Pada 2010, SK Trimurti Award diberikan kepada Maria Farida Indrati, Hakim Mahkamah Konstitusi. Penganugerahan berlangsung di Galeri Foto Jurnalistik Antara, Pasar Baru, Jakarta Pusat, pada Jumat, 25 November 2010, bertepatan dengan peringatan hari internasional penghapusan kekerasan terhadap perempuan.
Dewan Juri yang terdiri dari Hermien. Y. Kleden (Pemimpin Redaksi U-Magazine dan Executive Editor Tempo English Edition), Ignatius Haryanto (Direktur Eksekutif Lembaga Studi Pers dan Pembangunan), dan Mariana Amiruddin (Direktur Eksekutif Yayasan Jurnal Perempuan), menilai, sepanjang perjalanan hidupnya Maria Farida selalu memilih jalan yang bersih, dan teguh menegakkan hukum dengan integritas yang tinggi. Ia merupakan satu-satunya hakim perempuan di Mahkamah Konstitusi.

Maria Farida juga satu-satunya Hakim Konstitusi yang memberikan dissenting opinion (pendapat berbeda) dalam perkara uji materi Undang-Undang tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama, pada April 2010. Doktor Ilmu Hukum Universitas Indonesia ini juga menyampaikan pendapat berbeda pada perkara uji materi Undang-Undang Pornografi, pada Maret 2010.

Pada Tahun 2011, Dewan juri SK Trimurti memilih Kathe Vince Dimara, Direktur Radio Pikon Ane sebagai penerima SK Trimurti Award 2011. Menurut Hermien Y Kleden (Executive Editor Tempo English Edition), Masruchah (Wakil Ketua Komnas Perempuan) dan Santi Indra Astuti (Dosen Ilmu Komunikasi), Kathe berhasil mengerakkan perekenomian masyarakat kecil Papua melalui radio.

Tujuan Penghargaan
Memberikan apresiasi dan penghormatan pada tokoh perempuan yang berperan penting dalam memperjuangkan kesetaraan gender, menjaga kebebasan pers, kebebasan berekspresi dan arus informasi yang bebas di Indonesia, sesuai teladan SK Trimurti.

Mendorong publik untuk terlibat dalam kampanye kesetaraan gender, penguatan kebebasan pers, kebebasan berekspresi dan arus informasi yang bebas sebagai prasyarat demokrasi yang efektif.

Memberikan inspirasi untuk jurnalis perempuan dan aktivis perempuan untuk terus berjuang dan berkarya demi pemenuhan kepentingan publik. Mendorong media untuk menerapkan kesetaraan gender dalam ruang redaksi maupun dalam liputan jurnalistiknya.

Rangkaian Kegiatan
Proses pemberian Penghargaan SK Trimurti 2012 terdiri dari sejumlah kegiatan:
– Penjaringan Kandidat Penerima Penghargaan: 21 Mei – 29 Juni 2012.
– Proses Seleksi dan Penyusunan Profil Kandidat: 29 Juni – 16 Juli 2012.
– Rapat Dewan Juri: 21 Juli dan 28 Juli 2012
– Malam Penganugerahan: Agustus 2012.

Rapat Dewan Juri perdana penting untuk mempertajam kriteria penerima penghargaan. Kriteria umum penerima penghargaan adalah:

-Jurnalis atau aktivis perempuan yang berperan dalam perjuangan kebebasan pers, kebebasan berekspresi, kesetaraan gender, dan hak publik atas informasi. Jurnalis atau aktivis perempuan yang berperan dalam perjuangan kebebasan berserikat, kampanye hak asasi manusia dan pembelaan kaum tertindas juga berpeluang untuk dinominasikan menjadi penerima penghargaan.

–  Jurnalis perempuan atau aktivis perempuan Indonesia yang telah bekerja di bidangnya minimal tiga tahun serta mempunyai komitmen dan integritas yang tinggi pada profesinya itu.

–  Seperti tradisi selama ini, para anggota Dewan Juri berhak mengusulkan kriteria khusus untuk menekankan pada isu atau tema tertentu yang dinilai aktual pada periode penghargaan tahun ini.

Penjaringan akan dilakukan secara terbuka dan tertutup menggunakan media massa dan jejaring AJI. Organisasi perempuan dan kelompok masyarakat didorong untuk mencalonkan kandidat yang dinilai memenuhi kriteria untuk menerima penghargaan.
Seleksi akan dilakukan oleh Dewan Juri berdasarkan kriteria umum dan khusus yang sudah ditentukan pada rapat perdana. Seleksi dilakukan secara tertutup, namun untuk menjamin objektivitas dan trasparansi penilaian, pertimbangan Dewan Juri dibacakan pada Malam Penganugerahan.

Malam Penganugerahan sendiri dirancang sebagai sebuah perayaan dan apresiasi atas komitmen dan kerja keras para jurnalis dan aktivis perempuan pada perjuangan menjaga dan menegakkan kebebasan pers, kebebasan berekspresi, demokrasi dan kesetaraan gender.   

Kontak

Copyright © Sekolah Jurnalisme SK Trimurti 2024